Selasa, 21 April 2009

Hari Kartini

21 April adalah simbol emansipasi wanita di Indonesia. Mungkin kalau mereka yang ada di negara lain bolehlah menyebutnya dengan istilah the woman's freedom day. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa perlu memberikan penghargaannya terhadap jasa Kartini. Baik dengan lomba-lomba, fashion back to woman's traditional clothing alias kebaya, upacara bendera, tulisan-tulisan/berita di media massa bertopik Kartini, talkshow, unjukrasa dsb. Semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan di atas tetap diadakan sampai kapanpun supaya berguna bagi pendidikan jiwa patriotisme pada setiap pribadi baik yang tua terlebih-lebih bagi generasi muda.
Upacara bendera diadakan di tempat saya bekerja, tentu saja dalam rangka memperingati hari Kartini. Kebetulan peserta upacaranya adalah anak-anak usia 7-12 tahun, inilah yang disebut dengan generasi muda. Mungkin saya juga bisa disebut sebagai generasi muda juga dengan embel-embel muda lebih duluan dari mereka. Jiwa patriot ibu Kartini biasanya mereka ketahui dari pelajaran sejarah atau mungkin bisa saja dari tulisan-tulisan tapi terkadang mereka belum tentu mengerti maknanya. Dari orang tua mereka bisa dikatakan kurang mendapat informasi tsb, karena mungkin saja orang tua mereka kurang perhatian terhadap momen-momen seperti ini. Nah pada saat upacara inilah momen yang tepat untuk memberi input positif mengenai jiwa patriotisme ibu Kartini.
Bagi anak yang berusia 7-10 tahun, mereka belum mendapat materi sejarah R.A. Kartini tetapi bagi yang berusia 11-12 tahun mereka sudah mendapatkannya. Melalui nasihat dari pembina upacara anak-anak yang belum mendapat materi pelajaran R.A. Kartini akan memperoleh informasi baru tentang R.A.Kartini, dan bagi anak yang sudah mengenal sejarahnya tidak hanya tahu/hapal tanggal, tempat lahir dan hapalan lainnya tentang Kartini. Tetapi lebih dari itu yaitu mengenal spirit perjuangan Kartini dan hasilnya bagi kehidupan saat ini.
Betapa beruntungnya generasi sekarang khususnya para wanita bisa mendapatkan haknya sejajar dengan kaum pria dalam hal pendidikan, pekerjaan, jabatan dsb. Semuanya itu didapatkan dengan perjuangan oleh Kartini dan kita harus bisa mensyukuri dengan melakukan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh anak-anak diminta menghargai orang yang membantu orang tua mereka di rumah, yang biasa di sebut pembantu rumah tangga. Bagi mereka yang mempunyai pembantu di rumah, yang kebanyakan wanita diharapkan dapat menghormatinya sebagai keluarga luar bukan antara majikan dan buruh. Para pembantu rumah tangga sudah membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, membersihkan rumah, memasak, menata ruang dsb walaupun mereka dibayar atas pekerjaan itu. Diharapkan anak-anak dapat menghormati pembantunya dengan hal kecil seperti tidak membentak, berkata tolong apabila menyuruh, mengucapkan terima kasih kalau sudah melaksanakan apa yang mereka suruh. Hal-hal kecil tersebut pasti membawa suasana yang akrab dan nyaman di rumah, terlebih bagi pembantu mereka.
Saya prihatin apabila membaca berita mengenai nasib TKI (kebanyakan bekerja sbg PRT) atau PRT di sini, yang kebanyakan wanita menjadi korban kekerasan oleh majikannya. Tidak masuk akal mengapa kekerasan itu bisa terjadi? Apakah pelakunya mempunyai kelainan jiwa sehingga merasa puas apabila melihat orang lain menderita? Padahal mereka (PRT) sudah menderita menjalani hidup sebagai PRT. Beban pekerjaan yang banyak, gaji yang minim, perlakuan scr verbal yang menyinggung perasaan, terbatasnya gerak sosial mereka karena harus stand by apabila dibutuhkan dsb. Semuanya itu masih harus ditambah dengan perlakuan fisik yang menyakitkan. Kalau misalkan mereka disuruh memilih antara majikan dan pembantu, saya yakin mereka pasti memilih menjadi majikan. Saya memberikan penghargaan yang tinggi bagi mereka yang mempunyai pembantu, bisa memperlakukan pembantunya seperti keluarga sendiri. Semuanya itu akan dibalas dengan limpahan berkah dan rezeki dari Tuhan. Dan saya yakin bagi pembantu itu sendiri pasti akan membalas perlakuan baik majikan mereka, minim dengan doa-doa.
Marilah mewarisi jiwa patriotisme R.A.Kartini dengan melakukan hal-hal kecil dan sepele. Hal itu bisa diawali dari rumah kita masing-masing. Semoga jiwa ibu R.A.Kartini berbahagia dengan melihat bagaimana perjuangannya tidak sia-sia bagi pribadi-pribadi saat ini.

1 komentar:

etikush mengatakan...

jadi inget lagu ibu kita Kartini...